Epilog Singkat!
Tahun kedua hingga keempat
Petualangan Harry berlanjut di buku kedua,
Harry Potter dan Kamar Rahasia. Ia harus menghadapi Tom Marvolo Riddle, "memori"
Lord Voldemort, yang merasuki adik Ron,
Ginny Weasley.
Kasus ini diawali oleh serangan-serangan terhadap siswa-siswi Hogwarts
keturunan muggle, di mana korban-korbannya membatu. Ia disangka berada
di balik serangan tersebut. Bahkan, ia mulai meragukan kelayakannya
masuk asrama
Gryffindor, di mana ia mengetahui bahwa ia berbagi kemampuan yang sama dengan musuhnya, Voldemort, yaitu berbicara bahasa ular (parseltongue).
Di klimaks cerita, Ginny menghilang. Untuk menyelamatkannya, ia masuk
kamar rahasia dan bertempur melawan Riddle dam monsternya,
Basilisk,
yang menyerang siswa-siswi Hogwarts. Harry berhasil mengalahkan
basilisk dengan pedang Gryffindor yang diambilnya dari Topi Seleksi yang
dijatuhkan burung phoenix Dumbledore, Fawkes. Akhirnya, ia memahami
bahwa ia memang layak untuk masuk Gryffindor dengan keberanian yang
ditunjukkannya tersebut. Kemudian, di buku ketiga,
Harry Potter dan Tawanan Azkaban, ia mulai mengetahui sedikit masa lalunya. Orangtuanya dikhianati dan diserahkan kepada Voldemort oleh
Peter Pettigrew, teman mereka, yang menyalahkan
Sirius Black, bapak angkat Harry dan membuatnya dipenjara di
Azkaban.
Ketika Sirius kabur untuk balas dendam. Harry dan Hermione menggunakan
Pembalik-Waktu untuk menyelamatkan Sirius dan hippogriff Hagrid,
Buckbeak. Namun, Pettigrew berhasil kabur dan Sirius tetap menjadi
buronan, namun ia juga berhasil melarikan diri. Di masa ini, ia berhasil
membuat patronus rusa jantan.
Memasuki tahun keempat (
Piala Api). Harry yang mulai beranjak remaja mulai menaksir perempuan,yaitu
Cho Chang, seorang siswi
Ravenclaw.
Tensi meningkat ketika Harry secara misterius terpilih sebagai juara
keempat Turnamen Triwizard bersama Cedric Diggory (mewakili Hogwarts),
yang terbukti adalah jebakan Voldemort. Cedric dibunuh dan Voldemort
bangkit kembali. Dalam sebuah duel, Harry berhasil memaksa tongkat
musuhnya itu untuk memuntahkan semacam "gaung" korban-korbannya dengan
efek mantra balik (Priori Incantatem), dan ia berhasil lolos. JK Rowling
mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan titik balik dalam hidup Harry.
Ia tidak lagi terlindungi dan itulah waktu yang tepat untuk melawan.